Selama pandemi Covid-19 tahun 2020, peneliti dari Pusat Penelitian konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya (PPKTKR), berhasil mengidenfikasi ada 4 spesies tumbuhan baru di Indonesia.
Destario Mestusala telah mempublikasikan hasil temuannya dari hutan belantara di indonesia yang bekerjasama dengan peneliti lainnya.
Destario mempublikasikan empat spesies baru tumbuhan yang ia temui yaitu: Nepenthes putaiguneung, Dendrobium sagin, Bulbophyllum acehense, dan Denbrobium rubrostriatum.
Dengan adanya penemuan spesies baru, maka semakin memperkuat kekayaan hayati yang ada di dalam hutan belantara Indonesia.
Namun, kekayaan hayati tersebut berpacu dengan tantangan atau mengancam kelestarian hutan, terutama kawasan pusat biodiversitas.
Berikut 4 spesies tumbuhan baru yang di temukan di hutan Indonesia:
1. Bulbophyllum acehense.
jenis Bulbophyllum acehense adalah tumbuhan anggrek epifit yang dapat tumbuh alami di pegunungan hutan Aceh, tepatnya Aceh tengah Provinsi Aceh.
Epithet spesies sendiri menggunakan nama provinsi Aceh untuk sebagai petunjuk bahwa di kawasan Aceh itu sendiri memiliki keunikan diversitas anggrek yang tinggi. Penelitian ini di terbitkan pada jurnal nasional Biologi Tropis.
2. Dendrobium rubrostriatum.
Sama halnya dengan jenis Bulbophyllum acehense, jenis Dendrobium rubrostriatum juga termasuk dalam jenis anggrek epifit yang hidupnya menempel pada kulit batang pohon.
Sebelum di terbitkan pada jurnal internasional Phytotaxa, penelitian terhadap tanaman jenis Dendrobium rubrostriatum memakan waktu hingga 6 tahun lamanya, hal ini di karenakan harus membandingkan data-data spesies lain agar akurat.
Jenis tumbuhan spesies baru ini baru di temukan di Indonesia, kawasan kalimantan barat tepatnya di hutan daratan rendah dengan ketinggian 200-300 meter.
Uniknya observasi berikutnya menunjukan jika separan spesies anggrek ini baru mencapai kawasan Sarawak dan Sabah Malaysia.
3. Nepenthes putaiguneung.
jenis Nepenthes putaiguneung adalah salah satu spesies tumbuhan karnivora yang biasa lebih akrab di sebut sebagai tumbukan kantung semar atau periuk monyet.
Spesies jenis baru ini diduga tumbuhan endemik yang tumbuh di hutan Pulau Sumatera yang dimana memerlukan perlindungan khusus untuk perubahan habitat dan serta ancaman dari pengkoleksi yang tak terkendali.
Sama hal dengan D.rubrostriatum, jenis tumbuhan ini juga hasil kolaborasi dengan peneliti dari inggris yang di terbitkan pada jurnal Internasional Phytotaxa.
Penelitian untuk spesies ini juga sudah di lakukan selama 6 tahun dari sejak tahun 2014 untuk memastikan data morfologi secara akurat dan cermat.
4. Dendrobium sagin.
Dendrobium sagin adalah jenis anggrek berbunga indah dari hutan Papua Barat.
Penelitian anggrek ini juga merupakan hasil penelitian kolaborasi dengan Reza Saputra yang sebagai first author.
Reza adalah seorang staf pengendalian ekosistem dari (BKSDA) Papua Barat.
Nama epithet “sagin” merupakan nama yang diambil dari bahasa suku lokal yaitu suku Moi di Papua Barat yang artinya adalah “rambut”, hal itu merujuk pada tonjolan khas yang menyerupai rambut di bagian bibir bunga.