Densus 88 sebagai Anti-teror Polri kembali menangkap 5 terduga teroris yang bermukim di Morowali, Kelurahan Bahonsuai, Sulawesi Tengah. Brigjen Pol Dedi Prasetyo yang menjabat di Divisi Humas mengatakan bahwa 5 orang terduga teroris telah diamankan karena dicurigai berencana melancarkan amaliyah. Dedi Prasetyo mengatakan bahwa kelima teroris itu diduga terafiliasi dengan JAD (Jamaah Ansharut Daulah).
Mereka disebut-sebut juga berencana menggabungkan diri dengan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) yang dipimpin Ali Kalora. Dedi Prasetyo meyatakan bahwa seluruh terduga teroris itu menyiapkan bahan peledak yang berwujud bom parfum dan berencana menyerang kepolisian serta kantor pemerintahan.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh sementara, para terduga komplotan teroris tersebut hanya melakukan operasi di sekitar Sulawesi Tengah, tapi pihak kepolisian takan percaya semudah itu sehingga perlu adanya upaya mengorek informasi lebih dalam.
Adapun terkait barang bukti kepolisian mengamankan sejumlah barang antara lain bom rakitan menggunakan botol parfum, ketapel, parang sangkur, anak panah, paku yang telah dipotong, rangkaian elektronik, belerang dan korek api.
Beberapa hari sebelumnya Densus 88 Mabes Polri juga telah melakukan penangkapan terduga teroris lainnya bernama berinisial WW usia 40 asal Tangerang. Tersangka WW digerebek tanggal 27 September 2019, saat sedang berada di rumah milik pamannya yang berlokasi di Ledok, Argomulyo, Salatiga.
Pamannya WW yang bernama M Hadjid Setiawan berusia 61 tahun mengatakan bahwa 10 orang Densus 88 datang ke rumahnya dan melakukan penangkapan sekitar jam 17.30 WIB. Motor Scoopy berwarna merah berpelat E dan tas milik terduga teroris, turut disita oleh tim Anti-Teror.
Saat ditangkap, WW mengenakan kaos berwarna merah. Proses penangkapan pun berlangsung cepat dan tak lebih dari satu jam. Bahkan M Hadjid Setiawan semula ikut serta melakukan pengejaran, sebab ia mengira pelaku yang dicari Densus 88 bukanlah keponakannya. Paman WW cukup terkejut kala mendapatkan keterangan dari salah seorang Densus 88 bahwa si pelaku sudah diawasi polisi sejak meninggalkan rumah di Tangerang kemudian menuju Salatiga.
Dengan ditangkapnya terduga teroris WW, M Hadjid Setiawan sejak awal sama sekali tidak menaruh kecurigaan pada keponakannya. Namun memang diakui bahwa ia sudah memperhatikan perilaku menyimpang WW sekitar 3-4 tahun terakhir. Tepatnya sejak WW menikah kedua kalinya dengan wanita asal Tangerang. Penampilan cara berpakaian WW tampak berubah. Selain itu, saat WW sholat, ia berdiri dengan posisi kaki yang dibuka lebar sehingga memakan ruang. Hal itu tidak lazim bagi muslim pada umumnya.